Iklan

Selasa, 21 Januari 2014

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR CAPUT FERMUR



LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR CAPUT FERMUR


A.           Pengertian

Fraktur adalah kerusakan sebagian atau menyeluruh pada kontinuitas dari struktur tulang dan dibagi menurut tipe dan luasnya. (Brunner and Suddarth, 2010)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. (Sylvia A., 1995)
Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989)
Fraktur Caput Fermur adalah fraktur pada bagian kepala dari tulang fermur. (Brunner and Suddarth, 2010)


B.            Etiologi

Fractur collum femur biasanya terjadi akibat jatuh, tetapi pada orang yang menderita osteoporosis, kecelakaan yang sangat ringan sekalipun sudah dapat menyebabkan fracture, misalnya akibat kaki yang tersandung karpet dan menyebabkan sendi panggul mengalami exorotasi.           
Pada orang dengan usia muda, fracture biasanya terjadi akibat jatuh dari ketinggian atau akibat kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan hingga terlempar ke jalan. Pada pasien ini sering kali mengalami jejas multipel dan 20% di antaranya juga mengalami fractur corpus femur.

C.           Patofisiologi dan Patoflow

Trauma merupakan penyebab mayoritas dari fraktur baik trauma karena kecelakaan bermotor maupun jatuh dari ketinggian menyebabkan rusak atau putusnya kontinuitas jaringan tulang. Selain itu keadaan patologik tulang seperti Osteoporosis yang menyebabkan densitas tulang menurun, tulang rapuh akibat ketidakseimbangan homeostasis pergantian tulang dan kedua penyebab di atas dapat mengakibatkan diskontinuitas jaringan tulang yang dapat merobek periosteum dimana pada dinding kompartemen tulang tersebut terdapat saraf-saraf sehingga dapat timbul rasa nyeri yang bertambah bila digerakkan. Fraktur dibagi 3 grade menurut kerusakan jaringan tulang. Grade I menyebabkan kerusakan kulit, Grade II fraktur terbuka yang disertai dengan kontusio kulit dan otot terjadi edema pada jaringan. Grade III kerusakan pada kulit, otot, jaringan saraf dan pembuluh darah.
Gejala sangat cepat biasanya terjadi 24 sampai 72 jam. Setelah cidera gambaran khas berupa hipoksia, takipnea, takikardi. Peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan, mengakibatkan kehilangan fungsi permanen, iskemik dan nekrosis otot saraf sehingga menimbulkan kesemutan (baal), kulit pucat, nyeri dan kelumpuhan. Bila terjadi perdarahan dalam jumlah besar dapat mengakibatkan syok hipovolemik.















D.           Tanda dan Gejala

1.             Nyeri sedang sampai hebat dan bertambah berat saat digerakkan.
2.             Hilangnya fungsi pada daerah fraktur.
3.             Edema/bengkak dan perubahan warna local pada kulit akibat trauma yang mengikuti fraktur.
4.             Deformitas/kelainan bentuk.
5.             Rigiditas tulang.
6.             Krepitasi saat ekstremitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang akibat gesekan fragmen satu dengan yang lain.
7.             Syok yang disebabkan luka dan kehilangan darah dalam jumlah banyak.

E.            Pemeriksaan Penunjang

1.             Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang.
2.             CT scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang mengalami kerusakan.
3.             Laboratorium : darah lengkap: HT meningkat (hemokonsentrasi), HB menurun (akibat adanya perdarahan); kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

F.            Komplikasi

1.             Sindroma kompartemen
2.             Syok. Terjadi syok hipovolemik akibat perdarahan
3.             Sindroma emboli lemak
4.             Infeksi
5.             Delayed union (proses penyembuhan yang berjalan lambat)
6.             Non union (suatu kegagalan penyembuhan tulang setelah 6-9 bulan)
7.             Mal union (proses penyembuhan tulang berjalan normal tetapi bentuk abnormal

G.           Penatalaksanaan Medis

1.             Pembedahan : pemasangan pen, HIP Implan
2.             Fiksasi Imobilisasi : Gips, Traksi.
3.             Pengobatan : Analgetik, Antibiotik, dll

H.           Penatalaksanaan Keperawatan

1.             Pengkajian Data Dasar
a.             Aktivitas istirahat dan tidur
b.             Sirkulasi
c.             Integritas Kulit
d.            Neuro Sensori
e.             Nyaman Nyeri
f.              Eliminasi
g.             Nutrisi dan Cairan
h.             Keamanan

2.             Diagnosa Keperawatan
a.             Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
Tujuan :
-               Nyeri berkurang atau terkontrol
-               Klien mengatakan nyeri berkurang.
-               Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
-               Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
-               Kaji keluhan nyeri klien : lokasi, intensitas, karakteristik.
-               Beri posisi yang nyaman sesuai anatomi tubuh manusia.
-               Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
-               Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips.
-               Kolaborasi : beri therapi analgetik sesuai program medik.

b.             Ketidakmampuan beraktivitas berhubungan dengan fraktur dan cidera jaringan sekitar.
Tujuan :
-               Kebutuhan hygiene, nutrisi dan eliminasi.
-               Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kemampuan klien dan sesuai program medik.
Intervensi
-               Kaji tingkat kemampuan beraktivitas klien.
-               Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
-               Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dilakukan sendiri.
-               Bantu klien dalam pemenuhan personal higiene.
-               Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan.
-               Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien.
c.             Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak.
Tujuan :
-               Tidak ada tanda-tanda infeksi ditandai dengan:
·      Suhu normal 36-37oC
·      Tidak ada kemerahan, tidak ada edema, luka bersih.
Intervensi :
-               Observasi TTV terutama suhu.
-               Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
-               Tutup daerah yang luka dengan kasa steril/balutan bersih.
-               Rawat luka dengan teknik aseptik.
-               Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antibiotik.

d.            Kurang pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh dilakukan dan perawatan di rumah berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan :
-               Klien dapat mengetahui aktivitas yang boleh dilakukan dan perawatan saat di rumah.
Intervensi :
-               Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penatalaksanaan perawatan di rumah.
-               Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan latihan pasif dan aktif secara teratur.
-               Berikan kesempatan pada klien untuk dapat bertanya.
-               Anjurkan klien untuk mentaati terapi dan kontrol tepat waktu.
-               Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan yang fraktur.

I.              Daftar Pustaka

Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition. China : LWW.
E. Oerswari. (1989). Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia.
Marilynn E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar