LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR CAPUT FERMUR
A. Pengertian
Fraktur adalah
kerusakan sebagian atau menyeluruh pada kontinuitas dari struktur tulang dan
dibagi menurut tipe dan luasnya. (Brunner and Suddarth, 2010)
Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
(Mansjoer, Arif, et al, 2000)
Fraktur adalah patah
tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. (Sylvia A., 1995)
Fraktur adalah putusnya
hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.
(E. Oerswari, 1989)
Fraktur Caput Fermur
adalah fraktur pada bagian kepala dari tulang fermur. (Brunner and Suddarth,
2010)
B. Etiologi
Fractur collum femur biasanya terjadi akibat jatuh,
tetapi pada orang yang menderita osteoporosis, kecelakaan yang sangat ringan
sekalipun sudah dapat menyebabkan fracture, misalnya akibat kaki yang
tersandung karpet dan menyebabkan sendi panggul mengalami exorotasi.
Pada orang dengan usia muda, fracture biasanya
terjadi akibat jatuh dari ketinggian atau akibat kecelakaan lalu lintas yang
menyebabkan hingga terlempar ke jalan. Pada pasien ini sering kali mengalami
jejas multipel dan 20% di antaranya juga mengalami fractur corpus femur.
C. Patofisiologi dan Patoflow
Trauma merupakan penyebab mayoritas dari fraktur
baik trauma karena kecelakaan bermotor maupun jatuh dari ketinggian menyebabkan
rusak atau putusnya kontinuitas jaringan tulang. Selain itu keadaan patologik
tulang seperti Osteoporosis yang menyebabkan densitas tulang menurun, tulang
rapuh akibat ketidakseimbangan homeostasis pergantian tulang dan kedua penyebab
di atas dapat mengakibatkan diskontinuitas jaringan tulang yang dapat merobek
periosteum dimana pada dinding kompartemen tulang tersebut terdapat saraf-saraf
sehingga dapat timbul rasa nyeri yang bertambah bila digerakkan. Fraktur dibagi
3 grade menurut kerusakan jaringan tulang. Grade I menyebabkan kerusakan kulit,
Grade II fraktur terbuka yang disertai dengan kontusio kulit dan otot terjadi
edema pada jaringan. Grade III kerusakan pada kulit, otot, jaringan saraf dan
pembuluh darah.
Gejala sangat cepat biasanya terjadi 24 sampai 72
jam. Setelah cidera gambaran khas berupa hipoksia, takipnea, takikardi.
Peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan, mengakibatkan
kehilangan fungsi permanen, iskemik dan nekrosis otot saraf sehingga
menimbulkan kesemutan (baal), kulit pucat, nyeri dan kelumpuhan. Bila terjadi
perdarahan dalam jumlah besar dapat mengakibatkan syok
hipovolemik.
D. Tanda dan Gejala
1.
Nyeri sedang
sampai hebat dan bertambah berat saat digerakkan.
2.
Hilangnya fungsi
pada daerah fraktur.
3.
Edema/bengkak
dan perubahan warna local pada kulit akibat trauma yang mengikuti fraktur.
4.
Deformitas/kelainan
bentuk.
5.
Rigiditas
tulang.
6.
Krepitasi saat
ekstremitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang akibat gesekan
fragmen satu dengan yang lain.
7.
Syok yang
disebabkan luka dan kehilangan darah dalam jumlah banyak.
E. Pemeriksaan Penunjang
1.
Foto rontgen
biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang.
2.
CT scan atau MRI
untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang mengalami kerusakan.
3.
Laboratorium : darah
lengkap: HT meningkat (hemokonsentrasi), HB menurun (akibat adanya perdarahan);
kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
F. Komplikasi
1.
Sindroma
kompartemen
2.
Syok. Terjadi
syok hipovolemik akibat perdarahan
3.
Sindroma emboli
lemak
4.
Infeksi
5.
Delayed union
(proses penyembuhan yang berjalan lambat)
6.
Non union (suatu
kegagalan penyembuhan tulang setelah 6-9 bulan)
7.
Mal union
(proses penyembuhan tulang berjalan normal tetapi bentuk abnormal
G. Penatalaksanaan Medis
1.
Pembedahan :
pemasangan pen, HIP Implan
2.
Fiksasi
Imobilisasi : Gips, Traksi.
3.
Pengobatan :
Analgetik, Antibiotik, dll
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1.
Pengkajian Data
Dasar
a.
Aktivitas
istirahat dan tidur
b.
Sirkulasi
c.
Integritas Kulit
d.
Neuro Sensori
e.
Nyaman Nyeri
f.
Eliminasi
g.
Nutrisi dan
Cairan
h.
Keamanan
2.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Nyeri
berhubungan dengan spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
Tujuan :
-
Nyeri berkurang atau
terkontrol
-
Klien mengatakan
nyeri berkurang.
-
Ekspresi wajah
tenang.
Intervensi :
-
Observasi
tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
-
Kaji keluhan
nyeri klien : lokasi, intensitas, karakteristik.
-
Beri posisi yang
nyaman sesuai anatomi tubuh manusia.
-
Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam.
-
Pertahankan
imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips.
-
Kolaborasi : beri
therapi analgetik sesuai program medik.
b.
Ketidakmampuan
beraktivitas berhubungan dengan fraktur dan cidera jaringan sekitar.
Tujuan :
-
Kebutuhan
hygiene, nutrisi dan eliminasi.
-
Klien dapat
melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kemampuan klien dan sesuai program
medik.
Intervensi
-
Kaji tingkat
kemampuan beraktivitas klien.
-
Observasi
tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
-
Bantu klien dalam
pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dilakukan sendiri.
-
Bantu klien
dalam pemenuhan personal higiene.
-
Dekatkan
alat-alat yang dibutuhkan.
-
Libatkan
keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien.
c.
Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak.
Tujuan :
-
Tidak ada
tanda-tanda infeksi ditandai dengan:
·
Suhu normal
36-37oC
·
Tidak ada
kemerahan, tidak ada edema, luka bersih.
Intervensi :
-
Observasi TTV
terutama suhu.
-
Jaga daerah luka
tetap bersih dan kering.
-
Tutup daerah
yang luka dengan kasa steril/balutan bersih.
-
Rawat luka
dengan teknik aseptik.
-
Kolaborasi
dengan medik untuk pemberian antibiotik.
d.
Kurang
pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh dilakukan dan
perawatan di rumah berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan :
-
Klien dapat
mengetahui aktivitas yang boleh dilakukan dan perawatan saat di rumah.
Intervensi :
-
Kaji tingkat
pengetahuan klien tentang penatalaksanaan perawatan di rumah.
-
Ajarkan dan
anjurkan klien untuk melakukan latihan pasif dan aktif secara teratur.
-
Berikan
kesempatan pada klien untuk dapat bertanya.
-
Anjurkan klien
untuk mentaati terapi dan kontrol tepat waktu.
-
Anjurkan klien
untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan yang fraktur.
I. Daftar Pustaka
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical
Nursing 12th Edition. China : LWW.
E. Oerswari. (1989). Bedah dan Perawatannya.
Jakarta: PT Gramedia.
Marilynn E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar